21 April 2012

Chlorella sp.



Mikroalga jenis Chlorella spp. berwarna hijau, pergerakannya tidak motil dan struktur tubuhnya tidak memiliki flagel. Organisasi selnya berbentuk uniseluler, multiseluler, dan membentuk koloni. Mikroalga ini hanya melakukan reproduksi tipe aseksual, yaitu pemberlahan diri secara mitosis. Chlorella spp. dapat tumbuh dengan baik pada salinitas 0-35‰ dan yang optimal pada 10-20‰ dengan kisaran suhu optimal 25-30 oC dan maksimum pada 40 oC (Kawaroe et al 2010). Klasifikasi Chlorella sp, yang termasuk dalam kelas alga hijau adalah sebagai berikut (Kawaroe et al. 2010) :

Kingdom         : Plantae
Subkingdom    : Viridaeplantae
Phylum            : Chlorophyta
Class               : Chlorophyceae
Order              : Chlorococcales
Family             : Oocystaceae
Genus              : Chlorella

Komposisi Kimia dan Kandungan Senyawa Bioaktif

Menurut Becker (1994) dalam Kawaroe (2010) Chlorella sp. Mengandung 51-58% protein, 12-26% karbohidrat, 2-22% lemak, 4-5% nucleic acid. Asam lemak yang terkandung dalam Chlorella terdiri dari linoleat sebanyak 45,068% dan 29,495 stearat. Chlorella sp. Mengandung minyak squalen yang merupakan minyak yang sangat penting untuk kosmetik.Selama ini minyak squalen diperoleh dari ikan hiu dengan cara membunuhnya. Aksi tersebut menuai kecaman dari berbagai pihak, karena dinilai sebagai tindakanyang tidak ramah lingkungan (Kawaroe 2010)

Gambar 1. Chlorella
Perbandingan kandungan kimia yang terdapat dalam tiga jenis mikroalga Scenedesmus abundans, Monoraphidium minitum, dan Chlorella vulgaris.
Tabel 1. kandungan kimia Scenedesmus abundans, Monoraphidium minitum, dan Chlorella vulgaris
Mikroalga
Scenedesmus abundans
Monoraphidium minitum
Chlorella vulgaris
Bobot kering
11,70
14,93
19,61
Kadar Abu
0,58
1,58
1,19
Kadar Lemak
9,22
10,28
17,30
14:0
0,47
0,52
0,16
16:0
6,30
10,65
20,42
18:0 +1
3,40
19,08
9,80
18:2n-6
1,58
4,65
18,57
18:3n-3
3,07
15,38
26,76
20:0
-
0,16
0,28
20:5n-3
-
-
0,47
22:6n-3
-
-
0,16
∑ FA (mg/g)
14,82
50,44
76,62
Sumber : Isik et al. (1999)

Mikroalga jenis Chlorella  dapat menghasilkan senyawa yang disebut lutein. Lutein merupakan karotenoid alami berbentuk kristal padat berwarna kuning yang dapat diproduksi oleh mikroalga tertentu. Jenis mikroalga yang potensial menghasilkan senyawa karotenoid yaitu Chlorella pyrenoidosa. Kebutuhan akan lutein semakin meningkat karena lutein merupakan satu-satunya senyawa antioksidan yang berkaitan dengan kejadian katarak pada mata. Fungsi lain dari pigmen ini sebagai anti penuaan dini (antiaging) pada kulit yang terkena radiasi sinar UVB matahari. Mikroalga Chlorella pyrenoidosa galur INK menghasilkan senyawa lutein yang dapat terlarut dalam etanol dan heksan. Mikroalga C. pyrenoidosa menghasilkan ekstrak lutein crude sebesar 100 μg per gram berat basah sel mikroalga. Hasil fraksinasi dan purifikasi diperoleh ekstrak lutein murni sebesar 0,878 μg per gram berat basah sel mikroalga (Kusmiati et al. 2010).

Manfaat Chlorella

Chlorella dapat diolah dalam bentuk hidrolisat menggunakan bantuan enzim protease. Kandungan selulosa yang tebal pada mikroalga jenis tertentu merupakan latar belakang dari diproduksinya mikroalga dalam bentuk hidrolisat protein. Selulosa yang tebal susah dicerna oleh pencernaan hewan dan manusia, oleh karena itu dibuat hidrolisat protein dari mikroalga yang mudah dicerna oleh manusia. Berikut ini disajikan komposisi kimia hidrolisat protein Chlorella vulgaris
Tabel 2. Komposisi kimia hidrolisat protein Chlorella vulgaris
Komposisi kimia
Biomasa tanpa diekstraksi
Biomasa yang diekstrak dengan etanol
Hidrolisat Protein Chlorella vulgaris
Protein kasar
(g 100/g)
50,5
45,0
49,7
Karbohidrat terlarut (g 100/g)
17,7
16,0
24,0
Serat Total
(g 100/g)
8,5
8,2
-
Lemak (g 100/g)
7,0
0,3
0,2
Abu (g 100/g)
8,3
8,2
8,0
Asam Nukleat
(g 100/g)
6,1
3,8
Tidak diuji
Pigmen
(mg 100/g)


-
Klorofil
530
25,0

Karoten
220
10,0

In vitro Protein Digestibility
(g 100/g)
70,4
75,9
97,2
Sumber : Morris et al (2008)
Hidrolisat protein dari mikroalga jenis Chlorella memiliki kandungan asam amino esensial dan non esensial yang dapat dimanfaatkan oleh tubuh guna mendukung fungsi dalam pembentukan sel dan pertumbuhan. Asam amino merupakan hasil dari hidrolisis protein baik secara alami maupun dengan menggunakan bantuan asam, basa, maupun enzimatis. Berikut disajikan kandungan asam amino dari Chlorella vulgaris baik berupa hidrolisat maupun tanpa mendapatkan perlakuan ekstraksi (dengan satuan g asam amino/100 g protein).
Tabel 3. Kandungan asam amino dari Chlorella vulgaris
Asam amino
Biomasa tanpa ekstraksi
Biomasa yang diekstraksi dengan etanol
Hidrolisat protein
FAO
Histidin
2,18
2,14
2,10
1,90
Isoleusin
4,49
4,52
3,80
2,80
Leusin
9,80
10,08
9,20
6,60
Lisin
7,10
7,00
6,90
5,80
Metionin + Sistein
1,92
1,80
1,80
2,50
Fenilalanin + Tirosin
7,84
7,62
7,50
6,30
Treonin
4,56
4,45
4,30
3,40
Valin
7,86
7,41
8,00
3,50
Triptofan
1,15
1,10
1.10
1,10
Alanin
11,47
11,43
11,20

Arginin
6,0
6,00
5,70

Asam Aspartat
10,14
10,40
10,60

Asam Glutamat
14,35
14,30
14,30

Glisin
5,26
5,05
5,20

Prilin
5,16
4,88
5,10

Serin
3,30
3,50
3,20

Esensial/Total (%)
46,90
45,30
44,70

Skor Kimia
0,77
0,72
0,71

Sumber :  Morris et al (2008)
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Morris et al (2008) menyatakan bahwa lisin yang merupakan asam amino pembatas pada sereal ternyata ditemukan pada hidrolisat protein Chlorella vulgaris dengan jumlah yang lebih besar dari standar/referensi FAO. Hal ini menunjukkan adanya kemampuan biomassa Chlorella vulgaris sebagai suplemen untuk melengkapi kebutuhan akan protein.
Alga jenis tertentu memiliki pigmen hijau (klorofil) sehingga dapat melakukan proses fotosintesis. Gas CO2 diperlukan sebagai bahan baku untuk pembentukan senyawa metabolit dan biomassa. Alga memiliki tingkat pertumbuhan yang relatif cepat, sehingga kebutuhan gas CO2 cukup tinggi. Dengan demikian alga cocok digunakan sebagai carbpn sink untuk membantu penurunan kadar CO2 di udara (Mulyanto 2010).
Chlorella atau mikroalga secara umum memiliki peranan untuk menjaga kesimbangan kandungan gas di udara, seperti karbon dioksida. Chlorella memiliki kemampuan untuk biofiksasi CO2 di lingkungan. Penelitian yang dilakukan oleh Tang et al (2011) tentang kultivasi dua jenis mikroalga yang salah satunya adalah jenis Chlorella pyrenoidosa pada konsentrasi CO2 yang berbeda, menyatakan bahwa laju maksimum biofiksasi CO2  dan konsentrasi biomassa diperoleh saat konsentrasi CO2 sebesar 10%.. Komponen utama asam lemak yang diperoleh dari kultivasi mikroalga dengan perlakuan konsntrasi CO2 adalah asam lemak dengan rantai C16-C18. Penelitian ini menyimpulkan bahwa jenis mikroalga yang digunakan memiliki potensi untuk biofiksasi CO2 dan sebagai biodisel.
Chlorella pyrenoidosa digunakan untuk menghilangkan nutrient dan logam berat pada air limbah. Mikroalga dapat diaplikasikan dalam bidang budidaya terutama untuk menjaga kualitas air seperti kandungan amonia, nitrat dan meningkatkan kandungan oksigen. Penambahan sel C. pyrenoidosa sebanyak 4000 butir mampu menurunkan kadar amonium dengan rata-rata laju penurunan tertinggi yaitu 6,626 ppm/hari, rata-rata penurunan kadar nitrat tertinggi yaitu 13,99 ppm/hari, kenaikan oksigen terlarut tertinggi yaitu 0,766 ppm/hari, dan kenaikan biomassa ikan sebesar 1,56 g/ekor selama 15 hari (Riffiani 2010).